Ilmul Makki wal Madani adalah ilmu yang membahas tentang
surat-surat dan ayat-ayat yang mana yang diturunkan di Mekkah dan yang mana
yang diturunkan di Madinah. Oleh karena itu para ulama menetapkan bahwa masa
turunnya ayat/surat adalah merupakan dasar penentuan Makkiyah atau
Madaniyahnya. Maka dibuatlah definisi Makiyah dan Madaniyah sebagaiberikut:
وَاِنْ
كَانَ نُزُوْلُهُ بِغَيْرِ مَكَّةِ,eاَلْمَكِيُّ مَانُزِلَ قَبْلَ هِجْرَةِ الرَّسُوْلِ
وَالْمَدَنِيُّ مَانُزِلَ بَعْدَ هَذِهِ الْهِجْرَةِ
وَاِنْ كَانَ نُزُوْلُهُ بِمَكَّةَ
Artinya: Makkiyah adalah yang diturunkan sebelum Nabi hijrah ke Madinah,
sekalipun turunnya di luar Mekkah, sedangkan Madaniyah adalah yang diturunkan
sesudah Nabi hijrah, meskipun turunnya di Mekkah.
Definisi inilah yang paling masyhur dikalangan ulama, karena
mengandung pembagian Makkiyah dan Madaniyah secara tepat.Kegunaan Ilmul Makki
wal MadaniAl-Zarqani di dalam kitabnya Manahilul
‘Irfan menerangkan bahwa faedah mempelajari ilmuMakkiwalMadaniadalahsebagai berikut:
1. Agar dapat membedakan dan mengetahui ayat yang mana yang mansukh dan nasikh.
Yakni apabila terdapat dua ayat atau lebih mengenai suatu masalah, sedang hukum
yang terkandung di dalam ayat-ayat itu bertentangan. Kemudian dapat diketahui
bahwa ayat yang satu Makkiyah, sedang yang lainnya madaniyah; maka sudah tentu
ayat yang Makkiyah inilah yang dinasakh oleh ayat yang Madaniyah, karena ayat
yang Madaniyah adalah yang terakhir turunnya.
2. Agar dapat mengetahui sejarah hukum Islam dan perkembangannya, serta dapat meningkatkan keyakinan terhadap ketinggian kebijaksanaan Islam di dalam mendidik manusia baik secara personal maupun kolektif.
2. Agar dapat mengetahui sejarah hukum Islam dan perkembangannya, serta dapat meningkatkan keyakinan terhadap ketinggian kebijaksanaan Islam di dalam mendidik manusia baik secara personal maupun kolektif.
3. Agar dapat meningkatkan keyakinan terhadap kebenaran,
kesucian dan keaslian al-Qur’an.
Selain itu Dr. Subhi Shalih dalam bukunya Mabahits fi Ulumil Qur’an mengatakan
bahwa faedah dari ilmu ini adalah:
1. Dapat mengetahui fase-fase dari da’wah islamiyah yang
ditempuh oleh Al-Qur’an secara berangsur-angsur dan sangat bijaksana.
2. Dapat mengetahui situasi dan kondisi lingkungan masyarakat pada waktu turunnya ayat-ayat Al-Qur’an, khususnya masyarakat Mekkah dan Madinah.
3. Dapat mengetahui Uslub-uslub bahasanya yang berbeda, karena ditujukan kepada golongan-golongan yang berbeda.
2. Dapat mengetahui situasi dan kondisi lingkungan masyarakat pada waktu turunnya ayat-ayat Al-Qur’an, khususnya masyarakat Mekkah dan Madinah.
3. Dapat mengetahui Uslub-uslub bahasanya yang berbeda, karena ditujukan kepada golongan-golongan yang berbeda.
Cara mengetahui Surat Makkiyah dan Madaniyah Sesuai dengan
dhabit qiyasi (pedoman yang bersifat analogis) yang telah ditetapkan, maka
ciri-ciri khas untuk surat Makkiyah ada 2 macam, yaitu: yang bersifat qath’i
dan bersifat aghlabi.
Ciri-ciri khas yang bersifat qath’i dari surat Makkiyah
adalah
1. Setiap surat yang mengandung ayat sajdah
2. Setiap surat yang didalamnya terdapat lafadh kalla
3. Setiap surat yang terdapat seruan dengan ياايهاالناس dan tidak terdapat seruan ياايهاالذين امنوا kecuali Surat Al-Hajj ayat 77.
4. Setiap surat yang terdapat kisah-kisah para nabi dan umat-umat terdahulu, kecuali Surat Al-Baqarah.
5. Setiap surat yang terdapat kisah Nabi Adam dan Idris, kecuali surat al-Baqarah.
6. Setiap surat yang dimulai dengan huruf tahajji (huruf abjad), kecualli surat al-Baqarah dan Ali Imran.
2. Setiap surat yang didalamnya terdapat lafadh kalla
3. Setiap surat yang terdapat seruan dengan ياايهاالناس dan tidak terdapat seruan ياايهاالذين امنوا kecuali Surat Al-Hajj ayat 77.
4. Setiap surat yang terdapat kisah-kisah para nabi dan umat-umat terdahulu, kecuali Surat Al-Baqarah.
5. Setiap surat yang terdapat kisah Nabi Adam dan Idris, kecuali surat al-Baqarah.
6. Setiap surat yang dimulai dengan huruf tahajji (huruf abjad), kecualli surat al-Baqarah dan Ali Imran.
Adapun ciri-ciri khas yang bersifat aghlabi dari surat Makkiyah adalah:
1. Ayat-ayat dan surat-suratnya pendek-pendek, nada perkataannya keras dan agak
bersajak.
2. Mengandung seruan untuk beriman kepada Allah SWT dan hari akhir serta menggambarkan keadaan syurga dan neraka.
3. Menyeru manusia berperangai mulia dan berjalan lempeng diatas jalan kebajikan.
4. Mendebat orang-orang musyrikin dan menerangkan kesalahan-kesalahan pendirian mereka.
5. Banyak terdapat lafadh qasam (sumpah).
2. Mengandung seruan untuk beriman kepada Allah SWT dan hari akhir serta menggambarkan keadaan syurga dan neraka.
3. Menyeru manusia berperangai mulia dan berjalan lempeng diatas jalan kebajikan.
4. Mendebat orang-orang musyrikin dan menerangkan kesalahan-kesalahan pendirian mereka.
5. Banyak terdapat lafadh qasam (sumpah).
Sedangkan ciri-ciri khas dari surat-surat Madaniyah yang bersifat qath’i adalah
sebagai berikut:
1. Setiap surat yang mengandung izin berjihad, atau ada penerangan tentang
jihad dan penjelasan tentanng hukum-hukumnya.2. Setiap surat yang menjelaskan secara terperinci tentang Hukum Pidana, Fara’idh, Hak-hak Perdata, peraturan-peraturan yang berhubungan dengan bidang keperdataan, kemasyarakatan dan kenegaraan.
3. Setiap surat yang didalamnya menyinggung hal ihwal orang munafiq, kecuali surat Al-Ankabut.
4. Setiap surat yang mendebat kepercayaan ahli kitab, dan mengajak mereka tidak berlebih-lebihan dalam beragama.
Selain empat ciri di atas, ada lagi ciri khas dari surat-surat Madaniyah yang bersifat aghlabi, yaitu sebagai berikkut:
1. Suratnya panjang-panjang, dan sebagian ayat-ayatnya pun panjang-panjang serta jelas dalam menerangkan hukum dengan mempergunakan uslub yang terang.
2. Menjelaskan secara terperinci bukti-bukti dan dalil-dalil yang menunjukkan hakikat keagamaan..
Tidak ada komentar: